SMP Sains Tebuireng - ertumbuhan penduduk dan konsumsi yang meningkat menyebabkan timbulan sampah dalam jumlah besar, di mana penumpukannya harus diimbangi dengan pengelolaan yang tepat. Pengelolaan sampah yang tidak efektif dapat menyebabkan pencemaran air, udara, dan tanah. 

Berdasar studi kasus Bank Sampah Tebuireng menunjukkan bahwa sampah 31,1 ton per bulan, hanya 4,8 ton (15,4%) yang berhasil dikelola melalui daur ulang, sedangkan 26,3 ton (84,6%) tidak terkelola dan berpotensi mencemari lingkungan.

Tantangan utama meliputi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilahan dan kapasitas pengelolaan yang terbatas, sehingga diperlukan edukasi intensif, peningkatan teknologi pengolahan sampah, serta kolaborasi dengan pemerintah dan industri daur ulang untuk mencegah dampak lebih luas terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Selain aspek kuantitas, perilaku manusia juga turut mempengaruhi pengelolaan lingkungan. Seperti negara Indonesia yang menjadi salah satu penyumbang sampah terbanyak di dunia. Berdasarkan data kementrian lingkungan hidup dan kehutanan  (KLHK) pada tahun 2024, Jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 73,2 juta ton per tahun. dengan komposisi sampah organik mencapai sekitar 62% (KLHK, 2024). Sampai saat ini berdasarkan data ada 24% sampah yang masih belum di kelola, tercatat hanya 7% yang terkelola dan 69% yang masuk ke TPA.

Disisi lain menurut bank sampah tebuireng saat ini layanan pengelolaan sampah di Kabupaten Jombang baru mencapai 45,2%. Keterbatasan ini disebabkan luasan layanan dan kurangnya sumber daya pendukung. Pola penanganan sampah tidak lagi kumpul angkut buang, tetapi tanggung jawab bersama, dengan upaya mengurangi, memilah dan mengolah sampah. Hingga saat ini, masih sering kali dijumpai gunungan sampah di samping jalan. Selain tak enak dipandang  mata, tumpukan sampah yang sudah bertahun-tahun juga menimbulkan bau busuk.

Berkenaan akan hal tersebut dua peserta didik SMP Sains Tebuireng yang terdiri dari Kenzie Muhammad Miftahurrohman Kelas IX D dan Nizar Rabbani Putra Nugroho Kelas IX D melakukan penilitian terkait Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah.

Selama pelaksanaan penelitian kedua peserta didik menggunakan metode kualitatif, yaitu studi lapangan dan studi literatur. Dimana peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak terkait di Jombang dan menggunakan studi literatur sebagai penguat hasil wawancara untuk diambil sebuah kesimpulan yang sesuai. Disini peneliti membutuhkan waktu sekitar 3-4 pekan untuk melakukan wawancara dan meneliti faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah dan cara pengelolaannya yang efektif dari studi literatur.

Tahapan yang dilakukan peneliti agar lebih mudah dalam memperoleh data tersebut adalah :
  1. Reduksi data, tahapan pertama akan melakukan reduksi data. Menurut Sugiyono (2016) yaitu peneliti akan fokus merangkum dan memilah hal hal penting , mencari tema serta pola.
  2. Display Data, tahapan selanjutnya peneliti melakukan display data atau juga disebut dengan menunjukkan data. dengan menunjukkan data-data maka akan mempermudah proses penelitian dan juga mempermudah peneliti memahami hasil penelitian.
  3. konten Analisis, menurut Umar dan Miftachul (2019) konten analisis disebut juga dengan analisis isi. Sebuah metode penelitian yang memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang benar dari data-data tersebut.
Berdasarkan wawancara kepada dicky afrinsyah dan ikhsan nur ramadhan sebagai perwakilan dari BST, BST dikatakan berkembang dengan signifikan dimulai sejak 2022 dikarenakan SDM yang turut berkembang dengan baik, Dimulai dari rekrutmen yang menghasilkan SDM yang lebih berkualitas juga adanya program edukasi yang melibatkan masyarakat. Sejak itu partisipasi warga perlahan terus meningkat dengan mengikuti berbagai program yang diadakan seperti tabungan sampah dan edukasi.

Walaupun demikian, kesadaran warga untuk memilah sampah masih rendah sehingga pengurus harus memberi dorongan tambahan. Beberapa program edukasi yang dijalankan telah menarik sekitar 1.800 peserta dari berbagai kalangan. Hal ini menunjukkan bahwa SDM di BST bukan hanya terbatas pada pengelola, tetapi juga mencakup partisipasi aktif masyarakat.

Menurut hasil wawancara kepada dicky afrinsyah dan ikhsan nur ramadhan sebagai perwakilan dari BST, masalah yang sering muncul adalah volume sampah yang tiba-tiba. Hal ini membuat proses pengelolaan tidak berjalan tidak berjalan dengan lancar, juga ditambah dengan gangguan teknis seperti rusaknya mesin conveyor. Larangan pembakaran sampah juga membuat bank sampah mencari alternatif lain dengan menimbun sampah yang tidak bisa di daur ulang dan tidak bernilai.

Selain itu, tetap ada sampah yang tidak dipilah dengan benar oleh warga sehingga memperlambat proses. Walaupun terdapat banyak kendala, BST tetap berusaha mengelola sampah agar tetap bisa bernilai ekonomi. Upaya ini membuat pengurangan sampah terus berjalan meski kualitas pemilahan belum sempurna.

Menurut hasil wawancara di BSIJ, Pemilahan sampah tentu memiliki standar yang tinggi, BSIJ memilah sampah dengan sangat kompleks hingga  menjadi 52 jenis pilahan  sebelum dikirim ke pabrik yang tentu menghabiskan waktu yang tidak sebentar juga pengiriman ke pabrik cukup berat karena lokasi jauh dan SDM terbatas. Kadang target yang ditentukan sulit dipenuhi akibat kondisi tersebut. Meski begitu, sistem pemilahan yang detail tetap menjadi keunggulan BSIJ dalam menjaga kualitas hasil pengelolaan sampah.

Kualitas pemilahan sangat penting untuk memperpanjang umur TPA. Dengan pemilahan yang baik, sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang sehingga kapasitasnya lebih awet. DLH memperkirakan umur TPA dapat bertahan 8–10 tahun ke depan jika program pemilahan berjalan konsisten. Oleh karena itu, DLH terus mendorong masyarakat agar lebih peduli memilah sampah sejak dari rumah. Hal ini memperlihatkan peran besar pemilahan dalam menjaga keberlanjutan sistem persampahan.

Selain itu, Dicky Afrinsyah dan Ikhsan Nur Ramadhan sebagai perwakilan dari BST, mereka juga berkeinginan membuat program yang membuat siswa dan warga sadar betapa pentingnya mengelola sampah, hal ini diwujudkan dengan adanya edukasi seperti lomba daur ulang dan pengurangan plastik di sekolah. Program ini membuat banyak siswa dan warga lebih mengetahui tentang bagaimana cara memilah sampah. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan edukasi mencapai sekitar 1.800 orang. 

Melalui dicky afrinsyah dan ikhsan nur ramadhan sebagai perwakilan dari BST, mereka juga berkeinginan membuat program yang membuat siswa dan warga sadar betapa pentingnya mengelola sampah, hal ini diwujudkan dengan adanya edukasi seperti lomba daur ulang dan pengurangan plastik di sekolah. Program ini membuat banyak siswa dan warga lebih mengetahui tentang bagaimana cara memilah sampah. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan edukasi mencapai sekitar 1.800 orang. 

Selanjutnya bank sampah juga harus mempunyai mitra jika ingin lebih berkembang, mitra sangat berpengaruh untuk mendukung setiap program bank sampah baik itu edukasi atau pengelolaan, BST menyatakan telah menjalin kerja sama dengan mitra seperti AQUA untuk mendukung edukasi juga berbagai perusahaan untuk mendukung pengelolaan sampah. Adakalanya BST pernah mengalami kesulitan ketika DLH mengeluarkan aturan bahwa semua sampah harus ditata di dalam kontainer.

Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan, peneliti merumuskan Key Performance Indicators (KPI) yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja bank sampah sekaligus rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang. KPI ini dikelompokkan sesuai dengan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
  1. Faktor Internal dan Eksternal: Kinerja bank sampah dipengaruhi oleh faktor internal, seperti pengurus inti yang berpengalaman, budaya gotong royong masyarakat, dan program edukasi yang berkelanjutan. Namun, keterbatasan SDM, partisipasi masyarakat yang fluktuatif, pencatatan semi digital, dan infrastruktur terbatas menjadi kendala utama. Dari sisi eksternal, dukungan DLH, target pembentukan unit baru, serta peran mitra CSR menjadi peluang penting, meskipun terdapat ancaman berupa fluktuasi harga material daur ulang, persaingan dengan pengepul swasta, dan ketidakpastian kebijakan. 
  2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat, Dukungan Kelembagaan, dan Sumber Daya: Partisipasi masyarakat terbukti berperan signifikan, meskipun belum merata terutama pada kalangan muda. Dukungan pemerintah melalui fasilitas dan pelatihan meningkatkan keberhasilan operasional bank sampah. Ketersediaan sumber daya, baik SDM maupun sarana-prasarana, menjadi faktor kunci yang memperkuat keberlangsungan program. 
  3. Kendala Utama: Tantangan yang menurunkan kinerja bank sampah meliputi volume sampah yang melebihi kapasitas, kerusakan teknis pada peralatan, pandangan negatif terhadap rendahnya honor pengurus, serta kesulitan dalam pemilahan sampah oleh masyarakat. 
  4. Strategi Peningkatan Kinerja: Untuk meningkatkan performa dan keberlanjutan jangka panjang, strategi yang dapat diterapkan antara lain memperluas kemitraan dengan CSR, meningkatkan digitalisasi pencatatan, diversifikasi produk daur ulang, serta memperkuat peran edukasi bagi generasi muda. 
Melalui penerapan strategi tersebut, bank sampah di Jombang dapat menjadi model pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan, meningkatkan partisipasi masyarakat, memberdayakan komunitas lokal, serta mendukung pengelolaan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa saran dapat diberikan. Untuk pengurus bank sampah, perlu dilakukan pelatihan rutin dalam bidang keterampilan digital, manajemen, dan inovasi produk agar kinerja semakin meningkat dan dapat lebih berinovasi, Penting juga bagi setiap bank sampah untuk memperluas relasi dengan para mitra dan industri daur ulang untuk mendukung setiap program. Partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan melalui sosialisasi kreatif dan inovatif yang melibatkan sekolah, pesantren, dan media sosial agar generasi muda ikut terlibat aktif. Untuk DLH Kabupaten Jombang, disarankan agar memperkuat dukungan dalam bentuk insentif, fasilitas tambahan, dan pendampingan administrasi, sehingga bank sampah lebih stabil dalam operasional.

Bagi mitra, peluang kerja sama dapat diperluas, misalnya dalam riset, penyediaan peralatan, atau program magang yang membantu bank sampah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas. Untuk masyarakat, kesadaran memilah sampah sejak dari rumah tangga harus lebih ditingkatkan agar kualitas pemilahan semakin baik. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya, disarankan meneliti model integrasi antara bank sampah, TPS 3R, dan industri daur ulang, sehingga rekomendasi strategis dapat lebih aplikatif dan mendukung sistem pengelolaan sampah nasional.
Lebih baru Lebih lama