SMP Sains Tebuireng - Tahukah alasan mengapa setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan?

Hari Pahlawan ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. 

Sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Hari Pahlawan Tahun 2022, Hari Pahlawan ditujukan untuk mengenang pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.

Oleh sebab itu untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang gugur di medan peperangan, Kamis (10/11) seluruh warga SMP Sains Tebuireng turut menyelenggarakan Apel Peringatan Hari Pahlawan Nasional. Walaupun cuaca cukup terik tetapi Ustadz Ah. S.S. Arif Khuzaini, SA., S.Pd.I yang bertindak sebagai pembina apel mampu membakar semangat seluruh peserta apel ketika memberikan amanat. 

Saat menyampaikan amanat, Ustadz Ah. S.S. Arif Khuzaini, SA., S.Pd.I menyampaikan bahwa Hari Pahlawan Nasional merupakan puncak dari Resolusi Jihad yang diprakarsai oleh para ulama NU, salah satunya adalah KH. Hasyim Asy'ari. Sebelum perlawanan pemuda Indonesia pecah pada tanggal 10 November tersebut, secara bergantian petinggi negara mendatangi Hadratussyaikh untuk konsultasi terkait penjajah dan peran santri. 

Salah satunya adalah  Presiden Soekarno berkonsultasi kepada KH. Hasyim Asy'ari, yang punya pengaruh di hadapan para ulama. Presiden Soekarno melalui utusannya menanyakan hukum mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asy'ari kemudian menjawab dengan tegas bahwa umat Islam perlu melakukan pembelaan terhadap tanah air dari ancaman asing. Kemudian pada 17 September 1945, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad untuk melakukan perlawanan terhadap para penjajah.

"Sebagai santri Tebuireng kita harus bangga bisa menjadi bagian dari santri Hadratussyaikh. Dulu para santri dan pahlawan berjuang mempertaruhkan nyawa di medan perang, kita sebagai santri di sini juga harus memiliki semangat seperti tentara atau pejuang pada zaman dulu. Tetapi tidak perlu mempertaruhkan nyawa, cukup dengan berjuang dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pesantren demi masa depan masing-masing diri kita dan negara," jelas Ustadz Arif.

Memang di pesantren tidak bisa bebas seperti peserta didik lain yang menempuh pendidikan di sekolah umum. Ketika anak-anak lain mengisi waktu luang dengan bermain game, menjelajah sosial media ataupun aktivitas lain dengan telepon pintarnya, sedangkan santri Pesantren Sains Tebuireng mengisi waktu-waktunya dengan mengaji dan beribadah maka itulah bentuk perjuangan sebagai santri. 

Percaya dan yakin bahwa, di waktu yang akan datang manfaat dari perjuangan selama berada di pesantren akan datang. Di Pesantren ini seperti sedang menanam kebahagiaan di masa mendatang, dan kelak juga kita akan memanen hasil yang bahagia. 

Bahkan melalui laman resmi kemenkopmk.go.id dijelaskan bahwan tahun 2030 Indonesia akan memasuki masa Bonus Demografi. Di masa itu, jumlah penduduk berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk non produktif. Berdasarkan data BPS per tahun 2020 saja, jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia. Apalagi pada tahun 2030, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat pesat. 

"Berdasarkan data tersebut, ketika masa Bonus Demografi datang tentunya merupakan masa produktif kalian semua (peserta didik SMP Sains Tebuireng) sebagai generasi emas bangsa. Besar harapan kami sebagai pendidik untuk mendengar nama kalian menjadi salah satu tokoh penting negeri, oleh sebab itu jangan sia-siakan masa muda kalian. MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA...," pungkas Ustadz Arif. 
Lebih baru Lebih lama