![]() |
Berselang waktu telah berlalu dan akhirnya suatu saat kedua pecahan kembali bertemu di sebuah dompet seseorang. Akhirnya terjadi sebuah percakapan diantara keduanya,
Pecahan seratus ribu rupiah : "Setelah sekian lama tidak berjumpa, kenapa sekarang kondisimu begitu lusuh, kotor dan bau?"
Pecahan seribu rupiah : "Sebab ketika keluar dari Bank, aku langsung berada di tangan orang-orang bawahan. Seperti penjual sayur, pedagang ikan, tukang becak hingga pengemis. Jadi seperti inilah kondisiku sekarang. Kalau kamu kenapa masih terlihat begitu rapi dan masih bersih?"
Pecahan seratus ribu rupiah : "Karena sejak keluar dari Bank, aku langsung disambut seorang perempuan cantik, keberadaan ku juga ada di restauran mahal, mall hingga hotel-hotel mewah. Kemudian aku juga disimpan di dalam dompet yang bagus, sehingga keadaanku masih sangat terawat."
Pecahan seribu rupiah : "Tetapi pernahkah kamu mampir di kotak amal masjid atau tempat religi sejenisnya?"
Pecahan seratus ribu rupiah : "Belum pernah."
Pecahan seribu rupiah : "Ketahuilah, walaupun aku sering digunakan di tempat-tempat orang bawah, tetapi di antaranya aku selalu mampir di rumah Allah SWT serta di tangan anak-anak yatim. Bahkan aku selalu bersyukur kepada Allah SWT, aku tidak dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat."
Seketika pecahan uang seratus ribu pun terdiam dan hanya bisa menunduk termenung. Karena selama ini dia hanya merasa besar dan tinggi, tetapi tidak begitu manfaat.
Melalui sepenggal kisah tersebut, sebagai manusia kita diajarkan tentang bukan seberapa besar penghasilan yang diperoleh, tetapi seberapa bermanfaat penghasilannya dipakai untuk memuliakan Tuhan. Karena kekayaan bukan untuk kesombongan!!
*disampaikan oleh Farida Catur Kartikarini, S.Pd
*diolah dari berbagai sumber